Sejarah Kerja Rodi Yang Harus Anda Pelajari Sekarang Juga!

Sejarah Kerja Rodi Yang Harus Anda Pelajari Sekarang Juga!
Kerja Rodi Pembangunan Rel | Foto : Ubidate.com

Ubidate.com
- Jalan Anyer-Panarukan adalah salah satu bukti nyata bahwa rakyat Indonesia dipaksa bekerja dan menderita di bawah penjajahan, tetapi ini juga tidak sepenuhnya benar. Kerja Rodi merupakan salah satu kebijakan yang dapat merugikan bangsa Indonesia. Nah, pada kesempatan kali ini kami akan memberikan informasi lengkap tentang Sejarah Kerja Rodi. Lihat artikel di bawah ini.

Sejarah Kerja Rodi


Sejarah kerja Rodi ini dimulai ketika Louis Napoleon memberikan suatu tugas kepada Herman Willem Daendels. Herman Willem Daendels bertugas mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris dan mengatur pemerintahan kolonial di Indonesia. Sebelum kedatangan Daendels, ternyata Inggris telah menguasai beberapa wilayah Belanda. 

Karena situasi yang tidak menguntungkan itu, ia kemudian mengambil langkah dengan menambah jumlah prajurit yang terdiri dari WNI, membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya, membangun benteng pertahanan, serta membangun jalan raya.

Untuk melakukan pembangunan tersebut, Daendels juga menerapkan sistem kerja paksa atau disebut juga kerja paksa. Ia mengerahkan ribuan rakyat Indonesia untuk membangun jalan Anyer-Panarukan. Langkah ini merupakan salah satu cara Daendels yang bertujuan untuk mencegah prajurit Inggris menguasai pulau Jawa. 

Penerapan Kerja Rodi


Penggagas kerja paksa adalah Daendels. Daendels melancarkan kerja paksa agar rakyat Indonesia mau bekerja untuk kepentingan Kerajaan Perancis. Ia mempersiapkan dan membangun pulau Jawa agar siap ketika diserang oleh Inggris. Oleh karena itu, Daendels membawa pengaruh besar dalam bidang keamanan, pertahanan, dan pemerintahan.

Di bidang pertahanan, Daendels membangun beberapa benteng pertahanan baru dan membangun beberapa pangkalan laut di kawasan Anyer dan Ujung Kulon. Sayangnya, pembangunan pangkalan laut di Ujung Kulon tidak berhasil. Karena itu, citra Daendels berubah menjadi pemimpin yang kuat.

Pembangunan jalan raya Anyer-Panarukan tidak semata-mata untuk pertahanan dan keamanan. Pembangunan ini juga bertujuan untuk meningkatkan laju perekonomian di Hindia Belanda khususnya Pulau Jawa. Fasilitas jalan sepanjang 1100 km memungkinkan komoditas bumi diangkut dari daerah pedalaman ke daerah pesisir atau pelabuhan dalam waktu yang jauh lebih singkat.

Daendels sebenarnya membayar para pekerja sekitar 30.000 Ringgit. Namun, para pekerja ini mengatakan bahwa tidak pernah mendapatkan upah sedikitpun. Saat pembangunan berlangsung banyak korban yang berjatuhan dan tidak sedikit yang meninggal, apalagi lokasi pembangunan penuh dengan nyamuk malaria.

Seorang ahli sejarah bernama Djoko Marihandono mengatakan, sebenarnya Daendels telah menyiapkan 30.000 Ringgit untuk upah dan makanan para mandor dan buruh. Gaji disalurkan melalui warga dan bupati, namun uang tersebut akhirnya dikorupsi oleh bupati sehingga para pekerja tidak mendapatkan upah.

Tujuan Kerja Rodi


Ada beberapa alasan mengapa Daendels melakukan kerja rodi, antara lain:

  • Bangun pangkalan angkatan laut

  • Bangun jalan raya dari Anyer ke Panarukan sepanjang 1100 km

  • Bangun pangkalan militer untuk melatih orang Indonesia menjadi militer.

Dampak Kerja Rodi


Karya Rodi telah menyengsarakan rakyat Indonesia. Banyak korban jatuh selama penerapan sistem kerja paksa yang satu ini. Tidak hanya itu, para pekerja seringkali diperlakukan dengan kasar dan tidak manusiawi. Pembangunan Jalan Anyer-Panarukan merenggut sekitar 12.000 jiwa.

Selain dampak negatif, kerja paksa ini juga membawa dampak positif, seperti masyarakat semakin mengenal jenis tanaman baru lengkap dengan cara pengolahannya dan banyaknya pembangunan infrastruktur baru yang menunjang kehidupan masyarakat sehingga lebih maju.

Kebijakan Lain Masa Pemerintahan Daendels


Selain melakukan kerja paksa, Daendels juga melakukan kebijakan lain, antara lain:

  • Pegawai pemerintah dilarang terlibat dalam kegiatan perdagangan dan dibayar dengan gaji tetap.

  • Dilarang menyewa desa kecuali untuk produksi garam, gula dan sarang burung walet.

  • Masyarakat wajib menyerahkan pajak berupa hasil pertanian

  • Masyarakat harus menjual hasil produksinya kepada pemerintah dengan harga yang telah ditentukan

  • Pemerintah memiliki hak untuk menjual tanah rakyat kepada pihak swasta

  • Kawasan Priangan harus menjadi tempat menanam kopi (Preanger stelsel).

Perbedaan Kerja Paksa Rodi Dan Romusha


Kebijakan kerja paksa terjadi dua kali di Indonesia pada masa kolonial, yaitu Romusha dan Rodi Labour. Kedua kerja paksa ini berbeda dan terjadi pada waktu yang berbeda. Kerja Rodi adalah kerja paksa yang terjadi pada masa penjajahan Belanda, sedangkan kerja Romusha terjadi pada masa penjajahan Jepang.

Jika kerja paksa pribumi bekerja membangun infrastruktur atau membangun pertahanan pulau Jawa, Romusha menggunakan tenaga kerja pribumi untuk bekerja sukarela di berbagai pelosok Indonesia, bahkan sampai dibawa ke jajahan Jepang lainnya.

Demikian ulasan artikel tentang Sejarah Kerja Rodi seperti yang dilansir rtp slot, Semoga bermanfaat.