Mengetahui Beberapa Bangunan Kolonial Di Sulawesi Selatan, Berikut Ulasannya

Mengetahui Beberapa Bangunan Kolonial Di Sulawesi Selatan, Berikut Ulasannya
Museum Makasar | Foto : Media Cirebon 

Ubidate.com - Sulawesi Selatan merupakan daerah yang banyak menyimpan peninggalan arkeologis. Tinggalan arkeologis ini tersebar di berbagai wilayah di Sulawesi Selatan. Peninggalan tersebut meliputi peninggalan prasejarah, kolonial, dan Islam. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam lanskap sejarah kita dikenal dengan kolonialisme Inggris, kolonialisme Belanda, dan Jepang. 

Peninggalan zaman kolonial di Makassar masih dapat dilihat hingga saat ini, berupa bangunan tempat tinggal, perkantoran, pertokoan, bahkan hingga saat ini masih ditemukan peninggalan berupa sarana pendidikan dan tempat ibadah. Apa saja bentuk Bangunan Kolonial Di Sulawesi Selatan? Simak penjelasannya dibawah ini. 

Beberapa Bangunan Kolonial Di Sulawesi Selatan


Rumah Jabatan Gubernur


Kantor gubernur atau Gouverneur Woning terletak di Jalan Jenderal Sudirman. Rumah ini dibangun pada tahun 1937. Kantor gubernur ini masih digunakan sebagai kantor gubernur Sulawesi Selatan. Secara keseluruhan, rumah perkantoran memiliki ciri modern dengan unsur tradisional yang terlihat pada atap berbentuk limas yang dilapisi sirap.

Meski unsur tradisional sangat sedikit kita temukan di kantor gubernur, namun bangunannya sangat disesuaikan dengan iklim tropis sesuai dengan iklim yang berlaku di Makassar.

Rumah Di Jalan Datumuseng


Hunian ini berada di Jalan Datumuseng. Bentuk rumahnya merupakan perpaduan gaya modern-klasik, dimana bangunannya berada tepat di depan jalan raya atau tanpa halaman. Bangunannya cukup besar dan bertingkat. Konstruksi utama bangunan menggunakan material batuan. Penggunaan konstruksi kayu hanya terlihat pada tangga menuju lantai atas yang letaknya berseberangan dengan ruang makan yang memiliki denah berbentuk L. 

Rumah Mayor Thoeng


Bangunan ini berbatasan dengan perumahan penduduk di utara, selatan dan barat, serta Jalan Bacan di timur. Rumah tersebut terdiri dari tiga unit yang masing-masing berlantai dua dan tiga. Unit utama mempunyai tiga lantai, jauh lebih besar dibandingkan unit lainnya yang hanya dua lantai, ketiganya disusun secara simetris. 

Rumah itu milik seorang saudagar Cina bernama Mayor Thoeng. Karena kekayaan dan kekuasaannya, pemerintah Belanda memberinya gelar Mayor yang artinya pemimpin. Pada tahun 1942, setelah Jepang berkuasa, Mayor Thoeng tidak mau bekerja sama dengan tentara Jepang dan dipenggal.

Wisma Tamu Corimac


Bangunan diatas adalah Emperor's Restaurant, dimana dahulu bangunan ini difungsikan sebagai Corimac Guesthouse. Gedung ini dulunya merupakan wisma yang difungsikan sebagai Gedung Komisariat Makassar, kemudian menjadi mess bagi para perwira tinggi, dan kini difungsikan sebagai Restoran Kaisar.

Gedung ini dibangun oleh Pemerintah Belanda dengan gaya Arsitektur Klasik, pada tahun 1927. Denah bangunan berbentuk setengah lingkaran, gedung ini mempunyai dua lantai, ruang utama terletak di tengah. Di sisi kiri dan kanannya terdapat serambi berbentuk lingkaran.

Rumah Hunian Di Jalan Sumba


Kediaman keturunan T.L.Gan terletak di Jl. Sumba bagian timur yang dahulu bernama Grootestraat. Rumah ini ditempati oleh keturunan T.L.Gan. Dibangun pada tahun 1925 oleh orang Tionghoa asli yaitu pegawai swasta sebagai tempat tinggal. Bangunan rumah bercirikan model masa kini. Bangunannya terdiri dari dua unit yaitu bangunan induk dan dapur. Denah dasar bangunan berbentuk persegi panjang.

Rumah Walikota Makassar


Gedung ini didirikan pada tahun 1933 oleh pemerintah Belanda, dengan gaya arsitektur Modern. Gedung ini didirikan sebagai kediaman Walikota. Bangunannya terdiri dari dua bagian yaitu bangunan induk dan bangunan penunjang.

Bangunan induk mempunyai dua lantai, lantai satu terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga dan ruang makan. Sedangkan bangunan penunjangnya terdiri dari kamar tidur pembantu, dapur, kamar mandi, pos jaga dan garasi serta baruga (aula).

Kantor Pengadilan Negeri Makassar


Bentuk gedung Pengadilan Negeri Makassar simetris, terdiri dari satu gedung yang kemudian dibagi menjadi empat unit berbentuk persegi panjang, dimana satu unit dan unit lainnya saling berhubungan membentuk bujur sangkar dan memanjang utara-selatan. Bahan sistem konstruksi gedung Pengadilan Negeri Makassar terdiri dari beton, batu bata, dan kayu. Ornamen bangunannya cukup menarik dimana dekorasi pada bagian kaki, badan dan kepala tidak menggunakan ornamen klasik Eropa melainkan mengambil gaya tradisional.

Museum Kota Makassar


Awalnya gedung ini difungsikan sebagai kantor Walikota Makassar Kantor, kemudian difungsikan sebagai kantor Dinas Kota dan kemudian difungsikan sebagai Museum Kota yang sekarang dikenal dengan nama Museum Kota Makassar. Dari segi letaknya, ternyata gedung ini tidak mengikuti konsep bangunan klasik Eropa, tetapi menggunakan konsep Garden City. Bangunan ini dikelilingi halaman baik dari depan, samping, dan belakang.

Kantor Balai Kota


Bangunannya terdiri dari dua unit yaitu unit utama dan pendukung. Namun jika dilihat dari luar, bangunan tersebut tampak seperti bangunan tunggal dengan bentuk simetris. Bentuk arsitektur bangunannya menerapkan konsep garden city dengan halaman yang terletak di bagian depan, samping, dan belakang bangunan serta tidak menggunakan konsep Eropa klasik yang biasanya dibangun langsung di trotoar. Arsitektur bangunan yang menghadap ke barat bergaya Neo-Klasik, campuran Renaissance dan Gotik. 

Demikian ulasan artikel yang kami buat tentang Mengetahui Beberapa Bangunan Kolonial Di Sulawesi Selatan seperti yang dilansir slot. Semoga bermanfaat.