Apa Saja Macam-Macam Tradisi Papua? Yuk Simak Penjelasannya Sekarang Juga

Apa Saja Macam-Macam Tradisi Papua? Yuk Simak Penjelasannya Sekarang Juga
Tradisi Papua | Foto : Berbagai Sumber 

Ubidate.com - Tak heran jika Indonesia kaya akan budaya dan bahasa yang tersebar dari ujung Sabang hingga ujung Merauke, dari Indonesia bagian barat hingga Indonesia bagian timur. Meski begitu, mereka berbeda namun tetap satu. Boleh dikatakan Indonesia merupakan negara yang mempunyai berjuta-juta kebudayaan. 

Setiap daerah pasti memiliki budaya yang berbeda-beda. Contohnya saja yang bisa Anda ketahui yaitu bahasa, pakaian, dan rumah adat. Salah satu daerah yang memiliki banyak kebudayaan adalah Papua. Selain memiliki sumber daya alam yang melimpah, Papua juga dikenal sebagai daerah dengan jumlah suku terbanyak di Indonesia.

Di Papua sendiri ternyata memiliki budaya dan tradisi yang berbeda. Tradisi suku Papua juga mempunyai makna mendalam dalam setiap upacara yang mereka laksanakan. Dan biasanya selalu melambangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan alam. Nah disini kami akan membahas berbagai macam Tradisi Papua

Macam-Macam Tradisi Yang Ada Di Papua


Tradisi Bakar Batu


Tradisi Bakar Batu wajib dilakukan oleh semua masyarakat Papua. Tradisi Bakar Batu merupakan wujud rasa syukur dan ajang silaturahmi antar warga desa. Ada beberapa acara tertentu yang menggunakan tradisi ini. Tradisi Bakar Batu ini biasa dilakukan oleh suku asli Papua yang tinggal di pedalaman, seperti di Lembah Baliem, Panaiai, Nabire, Pegunungan Bintang, dan lain-lain. 

Nama pesta adat ini berbeda-beda di setiap daerah. Pada suku Paniai, tradisi bakar batu disebut dengan Gapiia. Di Wamena sendiri disebut Kit Oba Isogoa. Sedangkan di Jayawijaya disebut Barapen. Makanan sengaja dimasak sedemikian rupa agar semua masakan bisa dimasak secara bersamaan dan dimasak dalam waktu yang bersamaan.

Tradisi Potong Jari


Tradisi ini hanya dilakukan oleh suku Dani yang letaknya di Papua. Suku Dani termasuk salah satu daerah yang berada di Papua. Tradisi potong jari di kalangan suku Dani sudah ada sejak zaman dahulu dan masih dilakukan hingga saat ini. Tradisi potong jari ini melambangkan sebuah keharmonisan pada setiap keluarga di Papua.

Keluarga merupakan pondasi paling berharga yang dimiliki seorang manusia, jari tangan dipercaya melambangkan keberadaan dan fungsi dari sebuah keluarga itu sendiri. Tradisi potong jari dilakukan ketika seseorang kehilangan anggota keluarga atau kerabatnya seperti suami, istri, anak, kakak atau adik untuk selama-lamanya. Pada suku Dani, kesedihan dan duka akibat musibah dan kehilangan salah satu anggota keluarga tidak hanya diungkapkan dengan menangis, namun juga dengan memotong jari.

Suku Dani percaya bahwa potong jari merupakan simbol kesedihan dan kepedihan karena kehilangan anggota keluarga. Tradisi potong jari juga dianggap sebagai cara untuk mencegah terulangnya bencana yang merenggut nyawa salah satu anggota keluarga yang sedang berduka.

Tradisi Ararem


Ararem merupakan tradisi khas suku Biak, tradisi ini biasa diadakan pada acara pernikahan. Ararem merupakan prosesi keluarga besar mempelai pria dari kedua mempelai yang mengirimkan calon suami beserta mahar untuk calon mempelai wanita. Penyerahan mahar dilakukan dengan berjalan kaki dari kediaman mempelai pria ke kediaman mempelai wanita, masing-masing anggota keluarga memegang mahar berupa piring adat, guci, dan lain sebagainya.

Uniknya, rombongan arak-arakan mempelai pria, selain membawa kado pernikahan, juga membawa bendera merah putih yang berkibar. Belum jelas mengapa bendera merah putih digunakan dalam prosesi tersebut. Mungkin bendera merah putih digunakan untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang Indonesia, dan Ararem adalah budaya Indonesia.

Tradisi Tato


Tradisi tato ini dapat Anda jumpai di suku Moi yang letaknya berada di Papua. Tato merupakan tradisi mendekorasi diri dengan membuat tato bermotif khas pada tubuh. Motif khas pada tato suku Moi diperkenalkan oleh para pendatang yang datang ke daerah Sorong pada zaman Neolitikum. 

Motif tato ini dibuat seperti bentuk garis melingkar yang yang tersusun rapi. Tato dibuat dengan cara mencelupkan duri pohon sagu atau tulang ikan ke dalam campuran arang halus yang disebut Yak Kibi, dan juga Loum atau getah pohon. 

Kemudian duri atau tulang ikannya digunakan untuk membuat tato di bagian tubuh seperti punggung, dada, betis, pinggul, dan kelopak mata. Desain tato yang akan dibuat biasanya disesuaikan dengan bentuk tubuh orangnya. Sayangnya tradisi tersebut mulai luntur, para pemuda suku Moi sudah tidak lagi menato dirinya.

Tradisi Tanam Sasi


Tradisi Menanam Sasi merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Indonesia bagian timur, seperti Maluku dan Papua. Hingga saat ini upacara Tanam Sasi masih sering dilaksanakan. Jika anda menuju ke kawasan timur, anda akan melihat beberapa pohon yang diberi tanda tulisan Sasi. Artinya anda tidak boleh mengambil apapun di kawasan sekitar tulisan Sasi.

Sasi sendiri merupakan upaya konservasi untuk menjaga kualitas dan populasi sumber daya alam, baik hewani maupun nabati, berupa larangan mengambil hasil dari sumber daya alam itu sendiri. Sasi ini bertujuan untuk menjaga sopan santun antara manusia dan lingkungan alam di sekitarnya.

Tradisi Pembuatan Tifa 


Tifa merupakan salah satu alat musik yang berasal dari Papua dan Maluku. Tifa berbentuk seperti gendang, terbuat dari kayu yang dilubangi bagian tengahnya dan juga dilapisi dengan kulit binatang. Tifa memiliki beberapa jenis dan bentuk antara lain jekir, dasar, dan tifa bas. Di Papua ini ternyata tradisi tifa dibuat menggunakan darah manusia. Darah berfungsi sebagai perekat. Dengan menggunakan darah diyakini Tifa akan menjadi lebih kuat dan tahan lama.

Tradisi Festival Lembah Baliem


Festival Lembah Baliem merupakan tradisi yang diadakan oleh suku-suku yang tinggal di sekitar Lembah Baleim, seperti suku Dani, Yali, dan Lani. Festival Lembah Baliem telah disimbolkan oleh masyarakat Papua sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran. Festival ini telah diadakan secara turun-temurun. Meski adu kekuatan antar suku, festival Lembah Baliem tetap aman dinikmati wisatawan.

Bahkan kini lembah Baliem menjadi salah satu destinasi wisata di Papua. Selain perang, festival ini juga menampilkan tarian. Festival Lembah Baliem diadakan setiap bulan Agustus. Festival Lembah Baliem biasanya berlangsung selama 3 hari berturut-turut.

Demikian ulasan tentang Apa Saja Macam-Macam Tradisi Papua seperti yang dilansir alexistogel. Semoga bermanfaat.