Apa Saja Upacara Adat Jawa Yang Masih Terjaga Sampai Sekarang? Berikut Ulasannya

Apa Saja Upacara Adat Jawa Yang Masih Terjaga Sampai Sekarang? Berikut Ulasannya
Padusan di Kali Talang | Foto : Ubidaye

Ubidate.com - Upacara adat Jawa merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia. Tradisi ini patut mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Agar informasinya terekam, pemerintah bisa melakukan pengarsipan digital. Selain itu, kompetisi juga bisa diadakan untuk menarik wisatawan. 

Agar dapat menjadi daya tarik wisata maka upacara adat ini dapat dikemas semenarik mungkin. Beberapa contoh upacara adat Jawa yang menjadi daya tarik wisatawan antara lain upacara sekaten dan ruwatan. Selain kedua upacara tersebut, daerah Jawa masih memiliki upacara adat yang menarik untuk disaksikan. Nah pada kesempatan kali ini kita akan membahas beberapa Upacara Adat Jawa yang masih dipertahankan. 

Upacara Adat Jawa Yang Masih Terjaga


Padusan


Upacara adat Jawa ini disebut padusan yang bertujuan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Padusan berasal dari kata adus yang berarti mandi atau membersihkan diri. Upacara adat ini dilakukan dengan cara mandi bersama. Pada upacara ini, warga sekitar mandi bersama dan menyucikan jiwa dan raga menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Konon menurut sebagian masyarakat, padusan merupakan salah satu peninggalan Walisongo. Padusan dilakukan ketika para Walisongo menyebarkan agama Islam dengan cara meleburkannya ke dalam budaya Jawa yang pada saat itu didominasi oleh budaya Hindu.

Kenduren


Kenduren merupakan salah satu upacara adat Jawa Tengah. Arti lainnya dari kenduren adalah slametan. Istilah ini lebih familiar di kalangan masyarakat. Tradisi ini merupakan upacara adat awal. Sebelum masuknya Islam di Pulau Jawa, kenduren merupakan kegiatan salat berjamaah yang dipimpin oleh pemuka adat atau tokoh agama. Namun pada zaman dahulu, makanan yang disediakan adalah sesajen untuk sesaji.

Karena dipadukan dengan budaya Islam, upacara adat Jawa ini akhirnya mengalami perubahan yang cukup besar. Adat istiadat sesaji yang dulunya dijadikan sesaji kemudian diubah menjadi makan bersama setelah acara selesai.

Kebo-Keboan


Masyarakat Jawa mayoritas berprofesi sebagai petani dan mempunyai ritual upacara tersendiri. Upacara adat Jawa ini disebut kebo-keboan yang dilakukan untuk menangkal segala kejahatan dan bencana yang dapat menimpa tanamannya serta menghasilkan panen yang banyak.

Dalam upacara adat ini, 30 orang berdandan seperti kerbau lalu diarak keliling desa. Ketiga puluh orang ini akan berdandan lalu berjalan seperti kerbau yang sedang membajak sawah.

Larung Sesaji


Upacara larung sesaji merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa yang bermukim di pesisir selatan dan utara Pulau Jawa. Upacara ini merupakan wujud rasa syukur atas hasil tangkapan mereka selama berada di laut dan sebagai permohonan agar mereka diberikan keselamatan selama berada di laut.

Berbagai bahan makanan dan hewan disiapkan, kemudian disembelih dan kemudian diapungkan atau dibuang ke laut. Dalam upacara adat Jawa, sesaji ini diadakan setiap tanggal 1 Muharram.

Selikuran


Selikuran merupakan upacara adat yang biasa diadakan di Jawa Tengah. Tradisi ini dilaksanakan pada malam tanggal 21 Ramadhan. Di daerah Jawa, masyarakat biasanya melakukan doa bersama yang dipimpin oleh seorang tokoh agama yang telah diberi amanah. Arti selikur dalam bahasa Jawa mempunyai arti yang sangat istimewa.

Saatnya berdoa dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Allah SWT dan mendoakan orang-orang yang telah pergi sebelumnya. Bagi masyarakat Jawa setempat, upacara adat ini merupakan kebiasaan untuk mengungkapkan rasa cinta mereka kepada Nabi Muhammad SAW dan agama Islam.

Siraman


Upacara adat siraman merupakan upacara adat yang dilakukan oleh calon mempelai wanita. Mereka harus dimandikan dan disucikan dengan menggunakan air tujuh jenis bunga. Acara siraman ini diadakan dengan cara memandikan calon pengantin agar bisa suci sebelum dilangsungkan upacara pernikahan. Seusai upacara siraman, calon pengantin biasanya digendong oleh orang tuanya agar pesta pernikahan dapat berjalan dengan baik.

Popokan


Popokan merupakan salah satu upacara adat Jawa Tengah. Tradisi ini dilakukan dengan saling lempar lumpur antar warga Beringin di Semarang. Waktu untuk mengganti popokan adalah pada bulan Agustus pada hari Jumat Kliwon. Konon asal muasal tradisi popok sudah ada sejak lama di kawasan Beringin. Saat itu seekor harimau mendatangi masyarakat setempat.

Harimau tersebut mengganggu dan mengancam warga desa. Maka berbagai peralatan digunakan untuk mengusir hewan tersebut, termasuk membuang lumpur. Dari situlah akhirnya muncul upacara popokan. Tujuan dari upacara ini adalah untuk menghilangkan kejahatan dan menangkal kejahatan di wilayah mereka. Kabar baiknya, upacara popok ini masih tetap dipertahankan hingga saat ini.

Nyadran


Upacara Nyadran merupakan upacara adat Jawa khas Kota Semarang. Upacara ini sering dilakukan warga sekitar dengan cara berkumpul lalu bersama-sama membersihkan kuburan. Biasanya tradisi ini dilakukan ketika bulan Ruwah tiba.

Setelah pembersihan makam, akan diadakan upacara makan bersama. Nyadran juga dilakukan secara individu. Di kalangan masyarakat Jawa, biasanya jika bulan Ruwah tiba mereka akan mendatangi makam anggota keluarga yang lebih tua dan membersihkannya serta mendoakannya.

Tedak Siten


Ini adalah upacara adat dimana bayi dimasukkan ke dalam kandang ayam. Upacara adat Jawa ini diadakan ketika mereka mulai belajar berjalan. Di beberapa daerah lain, upacara ini disebut juga dengan tedak siten atau upacara penurunan tanah. Tujuan diadakannya upacara ini adalah untuk mengungkapkan rasa terima kasih ayah dan ibu bayi atas kesehatan anaknya yang telah mampu menjelajah alam sekitar.

Sekaten


Pertama kali tradisi ini dilaksanakan oleh Sunan Bonang. Upacara adat ini merupakan tradisi menyembunyikan gamelan milik keraton. Dahulu tradisi ini digunakan untuk menyebarkan agama Islam. Nama Sekaten berasal dari Syahadatain. Nama ini digunakan karena setiap kali terjadi pergantian tabuhan gamelan akan diselingi dengan pembacaan Syahadatain.

Pesta rakyat akan dilaksanakan terlebih dahulu sebelum sekaten. Puncak acara ini adalah penyerahan dua buah gunung yang dibawa dari Masjidil Haram setelah didoakan oleh para ulama istana. Masyarakat percaya jika mendapat makanan dari gunung maka akan mendapat keberkahan dalam hidup.

Demikian ulasan tentang Apa Saja Upacara Adat Jawa Yang Masih Terjaga Sampai Sekarang seperti yang dikutip laman riversedgeortho.com, Semoga bermanfaat.